Penjelasan atas Penjelasan: Belajar Kitab Bajuri

Kitab Bajuri“Kamu sudah punya Bajuri?” Begitulah pertanyaan kawan saya, seorang santri senior. Dia, waktu itu, sudah sampai kepada mengkaji kitab Bajuri. Yang dimaksud Bajuri adalah kitab Hashîyah al-Bâjûrî, sebuah kitab fikih karya Syekh al-Bajuri.

Di kalangan pesantren tradisional tentu mengenal Syekh al-Bâjûrî (w. 1277 H/1860 M). Dia terkenal dengan karya-karyanya dalam bentuk hashîyah. “Hashîyah” adalah catatan tambahan yang melengkapi dan memperjelas “syarah” (penjelasan) suatu teks (kitab). Bisa dikatakan hashîyah adalah penjelasan atas penjelasan (sharh ‘alâ al-sharh). Hashîyah juga bisa diartikan catatan kaki (footnote) atas sharh. Pengarang hashîyah (al-muhashshî) berperan dalam memberikan penjelasan lebih rinci atas suatu lafaz yang sulit dipahami, membatasi makna yang masih mutlak, memberikan argumen terhadap suatu ungkapan, mengungkap makna, dan memberikan tambahan penjelasan yang tudak dibahas dalam sharh.

Tradisi keilmuan Muslim pada abad ke-19 banyak diwarnai oleh produk-produk hashîyah. Sebagai contoh Hashîyah al-Bâjûrî yang merupakan penjelasan atas penjelasan (sharh) atas kitab Fath al-Qarîb al-Mujîb karya ‘Alâmah ibn Qâsim al-Ghazî. Fath al-Qarîb sendiri merupakan penjelasan (sharh) atas matan, yaitu teks yang lebih ringkas, atas kitab Ghãyah al-Taqrîb atau lebih dikenal dengan Matan Abû Sujâ’ karya al-Qâđî Abî Sujâ’ al-Isfahânî. Karena itu dalam jilid kitab Hashîyah al-Bâjûrî dituliskan secara lengkap judulnya, “Hashîyah Shaykh Ibrâhîm al-Bâjûrî ‘alâ Fath al-Qarîb al-Mujîb li ‘Alâmah ibn Qâsim al-Ghazî sharh Matan Ghãyah al-Taqrîb al-Qâđî Abî Sujâ’ al-Isfahânî.

Shaykh Mahmûd al-Hadîdî mengedit (tahqîq) terhadap Hashîyah al-Bâjûrî berdasarkan lima manuskrip dan tiga edisi cetakan, salah satunya telah dikoreksi oleh Abû al-Wafã’ Naşr al-Hurinî. Hashîyah al-Bâjûrî yang diedit oleh al-Hadidî selama empat tahun diterbitkan oleh penerbit Dâr al-Minhâj dalam 4 jilid dengan total hampir 3000 halaman.

Dengan reputasi Ibrâhîm al-Bâjûrî sebagai muhashshî, kurang lebih ada 25 hashîyah yang disusunnya, telah menarik perhatian sarjana Barat untuk mengkaji pemikirannya. Aaron Spevack, Assistant Professor of Religion at Colgate University, meskipun tidak secara khusus mengkaji kitab Hashîyah al-Bâjûrî, ia mengkaji sistesis pemikiran Hukum, teologi, dan mistisisme kesarjanaan Sunni dalam model Shaykh al-Bâjûrî melalui bukunya The Archetypal Sunni Scholar: Law, Theology, and Mysticism in the Synthesis of al-Bâjûrî (State University of New York Press, 2015)

Buku Aaron Spevack ini adalah studi langka dari seorang pemikir Islam pramodern akhir, Ibrahim al-Bājūrī, seorang sarjana abad ke-19 dan pernah menjabat rektor Universitas Al-Azhar Kairo. Aaron Spevack mengeksplorasi pemikiran al-Bājūrī tentang hukum, teologi, dan mistik, menyoroti orisinalitas dan semangatnya dalam kaitannya dengan milenium keilmuan yang mendahuluinya dan menginformasikannya, dan juga merinci warisannya yang berkelanjutan.

Sistematika Hashîyah al-Bâjûrî seperti halnya kitab-kitab fikih lainnya dimulai dari pembahasan Țahãrah, Salat, Zakat, Puasa, Haji, Jual Beli dan Mu’amalat Lainnya, Nikah, Jinayat, Hudud, Jihad, Perburuan dan Penyembelihan, dan seterusnya.

Kitab ini merupakan karya bermanfaat bagi santri tingkat menengah dan lanjut. Kitab ini mengintegrasikan pembahasan fikih, usul fikih, dan bahasa, serta merujuk berbagai karya klasik dan komentator fikih terkenal di antaranya Shaykh Shams al-Dîn al-Romlî atau lebih dikenal dengan Imam Romli yang dijuluki Imam Syafi’i kecil (al-Shâfi’î al-Şaghîr) dan pengarang banyak kitab fikih antara lain Kitab Nihâyah al-Muhtâj Sharh al-Minhâj yang terkenal itu, juga pendapat ulama lain yang dianggapnya relevan. Selamat mengkaji!

1 komentar untuk “Penjelasan atas Penjelasan: Belajar Kitab Bajuri”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top