Buku “Mencapai Indonesia Merdeka” oleh Ir. Sukarno yang kemudian dimuat dalam karya besarnya Dibawah Bendera Revolusi (Djakarta Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1964), jilid pertama, cetakan ketiga, hlm. 257-324 memberikan pandangan mendalam mengenai visi dan misi Bung Karno untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Risalah ini ditulis di Pangalengan pada 30 Maret 1933, ketika ia berpakansi selama beberapa hari di sana. Karya ini mencerminkan pemikiran dan strategi Sukarno dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada masa kolonial.
Sukarno menulis risalah ini sebagai bentuk refleksi dan penyampaian gagasan bagi mereka yang baru bergabung dalam perjuangan kemerdekaan. Risalah ini ditujukan untuk memperkenalkan pemikiran Sukarno secara singkat namun padat, dengan tujuan agar mudah dipahami oleh pembaca baru. Dalam pengantarnya, Sukarno menjelaskan bahwa risalah ini adalah karya ringkas dan bersifat brosur, yang memaparkan garis-garis besar dari pandangannya.
Dalam pembahasannya mengenai “Sebab-sebabnya Indonesia Tidak Merdeka, Sukarno mengidentifikasi berbagai faktor yang menyebabkan Indonesia belum merdeka, termasuk dominasi kekuatan kolonial dan ketidakberdayaan rakyat dalam melawan penindasan.
Sub-judul, “Dari Imperialisme-Tua ke Imperialisme-Modern” Sukarno membahas transisi dari imperialisme kolonial yang lebih tradisional ke bentuk imperialisme modern yang lebih terselubung namun tetap menindas.
Pada bagian, “Indonesia, Tanah Yang Mulya”, Sukarno menekankan kekayaan dan keindahan tanah air Indonesia serta potensi besar yang dimiliki bangsa Indonesia. Ia mengajak rakyat untuk menyadari dan menghargai nilai-nilai luhur tanah air mereka.
Sub-judul, “Di Timur Matahari Mulai Bercahaya, Bangun dan Berdiri, Kawan Semua”, Sukarno mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bangkit dan berjuang. Frasa ini mengindikasikan harapan dan dorongan untuk kesadaran kolektif serta aksi bersama dalam perjuangan kemerdekaan.
Dalam bagian, “Gunanya Ada Partai”, ia menjelaskan pentingnya keberadaan partai politik dalam perjuangan kemerdekaan, sebagai sarana untuk mengorganisir massa dan merumuskan strategi perjuangan yang efektif.
Dalam, “Indonesia Merdeka Suatu Jembatan” Sukarno mengibaratkan kemerdekaan sebagai sebuah jembatan yang harus dilalui untuk mencapai cita-cita besar bangsa. Ini adalah metafora untuk perjalanan panjang yang harus dilalui dalam meraih kemerdekaan.
Adapun dalam bagian, “Sana Mau ke Sana, Sini Mau ke Sini” Sukarno membahas tantangan dan perbedaan dalam gerakan perjuangan, serta pentingnya kesatuan dan koordinasi dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam bagian tulisan yang lebih sebagai pamplet, “Machtsvorming, Radikalisme, Massa-Aksi” ia mengeksplorasi konsep kekuatan, radikalisme, dan aksi massa dalam konteks perjuangan kemerdekaan, menekankan pentingnya kekuatan politik dan sosial dalam melawan penjajahan.
Dalam “Diseberangnya Jembatan Emas” Sukarno menyebutkan bahwa ada fase berikutnya setelah kemerdekaan yang harus dipersiapkan, yaitu transisi menuju pemerintahan dan pembentukan negara yang mandiri.
Bagian terakhir, “Mencapai Indonesia-Merdeka!” merupakan puncak dari risalah ini, di mana Sukarno menyajikan ringkasan dan penegasan tentang strategi serta harapan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Dengan demikian buku “Mencapai Indonesia Merdeka” adalah sebuah karya penting yang mencerminkan pemikiran strategis dan ideologis Sukarno dalam perjuangan kemerdekaan. Melalui risalah ini, Sukarno memberikan wawasan tentang tantangan yang dihadapi Indonesia dan strategi yang harus ditempuh untuk mencapai kemerdekaan. Karya ini tidak hanya merupakan dokumen sejarah tetapi juga panduan bagi generasi penerus dalam memahami dan melanjutkan perjuangan untuk kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Cita-cita Indonesia merdeka telah menjadi komitmen Sukarno sebagaimana tercermin dalam slogannya, “Merdeka atau mati!”, sebuah ngkapan yang menunjukkan tekad dan semangat perjuangan Sukarno untuk mencapai kemerdekaan, menegaskan bahwa kemerdekaan adalah tujuan yang harus dicapai dengan segala usaha dan dengan semangat yang berkobar-kobar. Merdeka! (Dr. Yoyo Hambali, S.Ag., M.A.)
Terim kasih PAK ANGGI